Cerita Jemaah Haji di Perbatasan Negara
Sambas (PHU)–Waktu sudah menunjukkan pukul 05.30 WIB ketika kami tim yang bejumlah 8 orang dari Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama akan bertolak dari salah satu penginapan di Kabupaten Sambas. Menggunakan 2 kendaraan dari Kemenag Sambas kami menuju ke Dusun Sempadan Desa Temajuk Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat.
Turut mendampingi, Kepala Seksi PHU Kemenag Sambas Herlan, Kepala KUA Kabupaten Sambas Ahadi serta 2 pelaksana dari Seksi PHU Hengky dan Januardi.
Memasuki Desa Liku Ibukota Kecamatan Paloh, kami berhenti sejenak untuk sarapan pagi sekedar mengisi perut karena akan menempuh perjalanan lebih kurang 167 KM.
Usai sarapan kami melanjutkan perjalanan kembali menuju Dermaga Dusun Merabau penyeberangan untuk menyeberang sungai sumpit yang berjarak 200-300 meter dengan menggunakan kapal fery. Untuk kendaraan roda 4 yang ingin menyebrang juga disediakan kapal boat kayu yang dapat menampung maksimal 6 motor.
Sesampainya di Dermaga Ceremai kami terus melanjutkan perjalanan dengan melalui jalan berbatu disusul dengan kondisi jalan berlumpur yang mengakibatkan banyak genangan air ditemani hamparan kebun kelapa sawit serta sarang-sarang burung walet yang berbentuk bangunan tinggi bak gedung perkantoran.
Ditengah perjalanan kami disambut guyuran hujan yang begitu deras yang mengakibatkan salah satu kendaraan mengalami slip ban yang akhirnya terhenti. Namun berkat bantuan kendaraan pengeruk tanah (Beco) akhinya mobil bisa melanjutkan perjalanan kembali hingga akhirnya tiba dikediaman jemaah haji tersebut lebih kurang pada pukul11.00 WIB.
Adalah Wahyudi (39) dan Dina (29) mereka merupakan jemaah haji yang tempat tinggalnya berdekatan perbatasan antara negara Indonesia dengan negara Malaysia jaraknya hanya 300 meter ke perbatasan.
Ditemui dirumahnya di Dusun Sempadan , Desa Temajuk, Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Sepasang suami istri yang kesehariannya sebagai petani ini memliki perkarangan rumah yang cukup luas dengan hamparan rerumputan yang hijau, disamping kiri rumah terdapat kebun buah naga, beberapa pohon kelapa serta ada bebarapa penangkaran lebah.
Dibelakang rumahnya juga terdapat penangkaran sarang burung walet berbentuk bangunan tinggi yang menyerupai rumah bertingkat dengan berdinding tembok.
Tak hanya disitu, Yudi juga mempunyai kebun disekitar pos perbatasan yang tiap hari dikelolanya.
Didampingi istrinya Dina, dirinya mulai bercerita niat untuk menunaikan ibadah haji sejak mereka menjual tanahnya, dengan berbekal niat bersama istrinya, ia mencari tahu informasi pendaftaran haji melalui kerabat dan warga sekitar yang telah mendaftar maupun menunaikan haji terlebih dahulu, maka pada tanggal 27 September 2018 mereka akhirmya menempuh perjalanan panjang dari tempat tinggalnya menuju Kemenag Kabupaten Sambas.
Menginap Semalam
Dengan menggunakan motor bersama istri dan anak bungsunya, mereka melibas jalur berbatu kerikil dan tanah merah menuju Dermaga Ceremai untuk menyeberang sungai sumpit.
"Alhamdulillah waktu itu cuacanya terang," kata Dina sang istri.
Karena sudah terlalu sore untuk mendapatkan detail informasi pendaftaran haji di Kantor Kemenag Sambas, akhirnya mereka memutuskan untuk menginap semalam di rumah kerabatnya, paginya baru berangkat ke Kantor Kemenag.
Tiba di Kantor Kemenag, mereka menemui petugas di Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu (PLHUT), setelah mendapatkan informasi, mereka bergegas untuk ke Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPS Bipih) terdekat untuk membuka rekening dan menyetorkan setoran awal sebesar 25juta per jemaah.
"Jaraknya dekat dari Kemenag dengan Banknya," kata Dina.
Namun, saat akan melakukan pembukaan rekening dibank ada persyaratan yang kurang, petugas bank meminta surat pemeriksaan golongan darah. Akhirnya mereka menuju RSUD Sambas untuk pemeriksaan golongan darah.
Setelah mendapatkan surat hasim pemeriksaan golongan darah, mereka kembali ke bank untuk melanjutkan kembali proses pembukaan rekening haji dan mendapatkan nomor validasi dari bank.
Usai dari bank, mereka diarahkan kembali ke Kantor Kemenag untuk proses pendaftaran haji yang meliputi memberikan persyaratan-persyaratan, rekam biometrik, serta foto.
"Persayaratannya gampang kok," singkat Yudi panggilan akrabnya.
Wahyudi dan Dina merupakan salah satu dari sekian banyak masyarakat perbatasan yang ingin berhaji ke Tanah Suci, mereka rela menempuh perjalanan panjang demi melangsungkan niatnya untuk menjadi dhuyufurrahman (tamu Allah) Semoga menjadi haji mabrur Pak Yudi dan Bu Dina….
Sumber :
https://haji.kemenag.go.id/v4/cerita-jemaah-haji-di-perbatasan-negara